Selasa, 04 April 2017

Gowes Cantik di Sebatik (Hari 2)

Setelah tidur malam yang cukup, kami sholat subuh dan packing untuk melanjutkan perjalanan. Mas Mordan awalnya ingin langsung pulang karena merasa kelelahan. Alhamdulillah beliau merasa bugar paginya dan siap melanjutkan perjalanan, yup terlalu indah dilewatkan. Sisa perjalanan 29km dari Sei Pancang ke Bambangan membelah pulau sebatik menyusuri perbatasan yang memisahkan antara wilayah Indonesia dan Malaysia . Sepanjang jalan menurut keterangan penduduk tidak ada warung makan sehingga kami membekali diri dengan air yang cukup (2.5 liter/orang) dan beberapa potong Roti. Perjalanan dimulai pukul 06.30. Estimasi durasi perjalanan sekitar 6jam jika tidak ada halangan.

Meski pendek, perjalanan hari ke dua makin menantang, perbukitan yang akan dilalui makin terjal setelah jembatan Lourdes. 3km dari Sei Pancang kami menyempatkan diri berfoto di Tugu NKRI Harga Mati yang diresmikan ibu wakil bupati saat itu ibu Hj. Asmah Gani pada 2012. Perjalanan menuju Bambangan meski sama panas namun tidak segersang rute sebelumnya (Gowes Cantik diSebatik (Hari 1))







Perjalanan jauh sering terasa nyaman ketika kita berinteraksi dengan penduduk lokal, melakukan sapaan kecil di sepanjang jalan. Meski tampak seram masyarakat Sebatik pada dasarnya ramah. 


Toko-toko kecil masih bertebaran sebelum jembatan Lourdes (17km dari Sei Pancang). Berbelanja di sepanjang toko-toko di sebatik juga tergolong terjangkau, air mineral produk nasional ukuran 1500ml harganya 7000 rupiah, sedangkan dari Malaysia ukuran yang sama harganya 5000 rupiah (kenapa pula saya bawa botol kosong ini sampai ke rumah? :p ). Mereka juga menggunakan rupiah jauh lebih banyak ketimbang ringgit. Hal ini berbeda dengan beberapa tahun lalu. Dalam hal kembalian uang ada toko yang demikian baik tidak menggunakan permen seperti toko-toko di pulau Nunukan, mereka menggunakan uang sen Malaysia jika tidak tersedia koin Indonesia.



 


 Menurut hemat saya Tour sebatik yang terberat adalah hari ke dua, dengan elevasi cukup terjal dan banyak sudut jalanan yang membahayakan, kedua anak muda tampak makin menikmati seperti tak tampak kelelahan di wajah mereka, bahkan mas Mordan yang awalnya berniat membatalkan ikut hari ke dua berkata rute ini lebih ringan dari sebelumnya. Sedangkan mas Lukman beberapa kali "menghilang" di tanjakan mendahului yang lain.



 




 


 Banyak dari rute terpaksa dilalui dengan cara dituntun. Tidak selalu karena terjal kadang karena bosan mengayuh :) 

 Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Di kilometer ke 17 perjalanan hari ke dua, ban belakang kempis. Rim tape terkelupas dan bergeser sehingga dinding Rim justru melukai ban dalam. Ada 3 titik lubang yang harus ditambal dengan jarak berdekatan. Setelah 3 kali mencoba, akhirnya kami menggunakan "cara kuno".


Mendengarkan cerita dan nasehat orang tua seringkali bisa menyelamatkan kita dari situasi kritis. Saat berumur 8 tahun, Bapak pernah cerita saking susahnya dulu mendapatkan ban dalam, kadang ban sepeda diisi rumput agar bisa dipakai. 30 tahun kemudian di tengah hutan, 10 Km menjelang pulang, ban bocor di 3 titik di area rim dan gagal ditambal. akhirnya terpaksa diisi rumput sebelum jalan. Rute yang semestinya bisa dinikmati dengan kecepatan tinggi (rekor kecepatan di sisi timur sebatik 68.7km/jam) hanya bisa dilalui 7km/jam maksimal


 

                                   

   
                                   

14.55 sampai di Bukit Keramat kami berisirahat sebentar. Petugasnya cukup ramah menawari kami secangkir kopi. Kami tidak sempat menikmatinya karena diburu sore. Sistem jaganya Roling per 270 hari, Pasti sulit di daerah sesepi itu.  Setelah berfoto kami melanjutkan sisa perjalanan.

                           

 





Akhirnya rute terselesaikan, total gowes 108km selama 2 hari. Musibah ban kempes tadi membawa kami ke 12 km sisa rute agak lambat namun teduh dan sedikit gerimis. Perjalanan makin terasa mudah setelah Sholat Ashar di Bambangan. Banyak hal yang kami pelajari, kebersamaan, menggali potensi kita sesungguhnya, kesabaran, hingga kesempatan berbagi. 
Rute Sebatik ini sangat potensial. Andai, setiap orang yang memiliki rumah/ tanah di sebatik menanam pohon besar di tepi jalan dan pemerintah membenahi infrastruktur, Sebatik mungkin bisa jadi tujuan wisata sepeda terbaik di Utara Kalimantan. Rute sepanjang 90an km dengan kontur tanjakan dan turunan yang memanjakan otot dan mata pesepeda cukup potensial bagi event sekelas tour de France....

.

.


                         


Tidak ada komentar: