Sunday, February 21, 2010

Niat Baik


2 tahun lalu tepatnya awal januari 2008 dengan segenap keberanian yang ada saya melamar teman yang tidak saya temui dalam 2 tahun karena merantau di Maluku Utara via telpon. Dari percakapan 20 menit itu semua yang saya kerjakan dalam 2 tahun terakhir tidak bertemu putrinya saya ceritakan pada ayahnya termasuk penghasilan yang pas-pasan di kondisi saat itu karena beberapa alasan. Intinya bapak _begitu saya memanggilnya saat ini_ menyetujui “proposal” lisan yang saya ucapkan terbata-bata, dan pada akhirnya juga memudahkan dalam prosesi pernikahan kami selanjutnya tanpa syarat yang aneh-aneh.

Tahun pertama pernikahan kami hampir seluruhnya kami jalani di pulau surga Gebe. Di tengah hutan berfasilitas lengkap dan dikaruniai kehamilan yang nantinya dilahirkan di Nunukan pada 23 Desember 2008 dengan penuh kemudahan yang bermakna karena pada saat Muh Wahyu Ajiputra dilahirkan bisa dibilang modal kami hanya hubungan baik mengingat kami tidak punya keluarga, penghasilan pas-pasan di tengah biaya hidup ala perbatasan yang tinggi, dan absennya dokter spesialis obgyn karena keperluan mendadak. Tahun ke-dua kami lewati sepenuhnya di pulau Nunukan dikaruniai putra kedua Mulyodarmo ajiputra, juga tak kalah mudahnya. Kedua putra kami lahir dengan persalinan normal tanpa penyulit sama sekali di tengah kehidupan yang mulai membaik.

Berbagai kemudahan yang berakhir kemudahan. Ada ayat (saya lupa surat dan ayatnya) “barangsiapa menolong di jalannya Alloh maka akan dimudahkan baginya”. Satu ekspresi yang tadinya saya tidak mengerti karena sepanjang hidup yang diingat hanya kesulitan sajaJ. Namun beberapa teman baik meyakinkan saya dengan pengalamannya dikaitkan dengan ayat itu. Dengan sadar saya berpikir kalau bujang liar model saya tidak segera menikah bisa gawat terjerumus dan terlibat masalah yang sebenarnya tidak perlu. Satu yang terpikir adalah menikah, karena 2/3 keimanan kita terjaga secara otomatis (saya tidak tahu yang 1/3 itu peluang “lain-lain” atau apa: ) yang jelas memudahkan kita menjaga sisa 1/3 keliarannya. Di luar itu semua sebagai “bonus” atas niat baik saya, Calon mertua, dan kedua belah pihak dalam memudahkan urusan pernikahan kami, sesulit apapun kondisi kami dalam perantauan, selalu ada jalan keluar yang baik yang kami sendiri tidak menyangkanya. Tentu hal itu sulit dirupiahkan karena nilainya sangat tinggi.

(untuk teman yang bertahan mBuJang; anak-anak dan Istriku; dan terutama untuk diri sendiri agar deviasinya dari garis lurus tidak terlalu jauh

Untuk hari jadi pernikahan ke dua kami: dr. Senoaji Wijanarko dan dr. Eiyta Ardinasari)


2 comments:

Unknown said...

hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm.......... mak comblangnya lupa disebutin tuh disitu....... yg perantara Gebe-Surabaya........... hehehehe..... I'm happy 4 U, dua sahabatku yg berjuang sejak kita co-ass samapi skarang, happy 4ever deh, doaku buat kalian dan si kecil (jd pengen nagis nih, terharu n bahagia hiks hiks hiks...) ^-^

senoajisketsa said...

trims telkomsel hehehe..
sori bcanda. trims dr. imelda muhammad:)