Sabtu, 06 November 2010

mensketsa, (perlu) bakatkah? (part 2)

ini adalah percakapan antara saya dengan salah seorang "mpu sketsa" terbaik Indonesia mengenai prinsip dasar dan alasan mensketsa

Q:
kebetulan koran regional setempat mengadakan pelatihan fotografi, oleh wartawannya saya ditawari mengisi sesi tentang sketsa, apa mas punya pengalaman soal ini, tentang ancer2 materinya, apa yg mesti disampaikan tentang dunia sketsa dsb suwun ya mas
wassalam


Dhar Chedar:
Kalo pengalaman secara khusus sih belum mas, tetapi apa yang sy lakukan selama ini, baik diisetiap perbincangan dg teman ilustrator juga dg rekan2 di IS, sy rasa tidak jauh beda. Karena mereka sendiri pengetahuan akan dunia sketsa beragam, dari yg sudah berpengalaman bahkan yang masih tergolong awam.Satu hal yg perlu disampaikan kepada khalayak ramai, bahwa sketsa merupakan dasar dari semua cabang seni rupa. Sebelum seseorang melukis, menggambar, membuat bangunan, mematung dll, langkah pertama setelah ide adalah melakukan sketsa. Hal ini dilakukan secara terus menerus sampai mendapatkan satu bentuk karya yang diinginkan.Karena sifatnya yg mendasar itulah, saya kira skets merupakan cabang seni rupa yg paling mudah dipelajari, karena tidak ada ketentuan/persyaratan khusus (terkait dengan teknik yg lebih complicated), bekal utama hanyalah keseriusan, kontinyuitas dan konsisten. Jadi seorang yang merasa tidak punya bakatpun kalau serius mendalami seni sketsa pasti bisa, hanya masalah waktu dan ketiga faktor tadi (keseriusan, kontinyuitas dan konsisten). Masalah pengembangan skill dan hasil itu masalah lain, dan akan tebentuk dengan sendirinya, bukankah jalan akan menunjukkan arahnya?(mengutip dari cerita komik Pak Janggut yg sarat akan petuah hidup hehehe,,,). Ini merupakan salah satu point penting yg saya rasa perlu disosialisasikan kepada mereka yg tertarik dg seni ini. IS berjuang untuk ini mas. Itulah sebabnya IS bukan sebuah komunitas yg eksklusif tetapi komunitas yg sifatnya terbuka bagi siapa saja yg tertarik dengan seni skets. syukur2 mereka mau terjun langsung membuat karya ini secara rutin, sebagai bagian dari aktivitas keseharian mereka sebagai 'budaya' mencatat baik dengan teks/tulisan dan menggambar sebagai manifes visualisasi apa yg dilihat (orang menyebutnya sebagai visual diary, sementara di IS dikenal dg slogan: We Draw What We Witness).Masalah teknik saya kira tidak ada aturan khusus, bebas saja mengalir sesuai dg kemampuan yang ada, paling tidak bagi pemula tidak perlu diberi teknis yg njlimet, yg penting simpati dulu, setelah empaty baru bisa belajar teknik dll secara intens. Karena hal2 teknis dikhawatirkan akan membelenggu mereka. Just for fun saja!Setelah di-introduce ttg sketsa, saya kira perlu diajak skets bersama. Pilih lokasi/obyek sekitar yg menarik, kemudian dilakukan evaluasi singkat terhadah skets yg dihasilkan.Saya kira begitu mas, semoga sharing ini bermanfaat....Selamat berjuang dan sukses selalu

Salam Sketsa!



juga dipublikasikan di fb page :

http://www.facebook.com/pages/Nunukan-Indonesia/Senoajisketsa/113796695342772

dan Grup:

http://www.facebook.com/group.php?gid=240007800116

Tidak ada komentar: