mensketsa, (perlu) bakatkah? (part 2)
ini
adalah percakapan antara saya dengan salah seorang "mpu sketsa" terbaik
Indonesia mengenai prinsip dasar dan alasan mensketsa
Q:
kebetulan
koran regional setempat mengadakan pelatihan fotografi, oleh
wartawannya saya ditawari mengisi sesi tentang sketsa, apa mas punya
pengalaman soal ini, tentang ancer2 materinya, apa yg mesti disampaikan
tentang dunia sketsa dsb suwun ya mas
wassalam
Dhar Chedar:
Kalo
pengalaman secara khusus sih belum mas, tetapi apa yang sy lakukan
selama ini, baik diisetiap perbincangan dg teman ilustrator juga dg
rekan2 di IS, sy rasa tidak jauh beda. Karena mereka sendiri pengetahuan
akan dunia sketsa beragam, dari yg sudah berpengalaman bahkan yang
masih tergolong awam.Satu hal yg perlu disampaikan kepada khalayak
ramai, bahwa sketsa merupakan dasar dari semua cabang seni rupa. Sebelum
seseorang melukis, menggambar, membuat bangunan, mematung dll, langkah
pertama setelah ide adalah melakukan sketsa. Hal ini dilakukan secara
terus menerus sampai mendapatkan satu bentuk karya yang
diinginkan.Karena sifatnya yg mendasar itulah, saya kira skets merupakan
cabang seni rupa yg paling mudah dipelajari, karena tidak ada
ketentuan/persyaratan khusus (terkait dengan teknik yg lebih
complicated), bekal utama hanyalah keseriusan, kontinyuitas dan
konsisten. Jadi seorang yang merasa tidak punya bakatpun kalau serius
mendalami seni sketsa pasti bisa, hanya masalah waktu dan ketiga faktor
tadi (keseriusan, kontinyuitas dan konsisten). Masalah pengembangan
skill dan hasil itu masalah lain, dan akan tebentuk dengan sendirinya,
bukankah jalan akan menunjukkan arahnya?(mengutip dari cerita komik Pak
Janggut yg sarat akan petuah hidup hehehe,,,). Ini merupakan salah satu
point penting yg saya rasa perlu disosialisasikan kepada mereka yg
tertarik dg seni ini. IS berjuang untuk ini mas. Itulah sebabnya IS
bukan sebuah komunitas yg eksklusif tetapi komunitas yg sifatnya terbuka
bagi siapa saja yg tertarik dengan seni skets. syukur2 mereka mau
terjun langsung membuat karya ini secara rutin, sebagai bagian dari
aktivitas keseharian mereka sebagai 'budaya' mencatat baik dengan
teks/tulisan dan menggambar sebagai manifes visualisasi apa yg dilihat
(orang menyebutnya sebagai visual diary, sementara di IS dikenal dg
slogan: We Draw What We Witness).Masalah teknik saya kira tidak ada
aturan khusus, bebas saja mengalir sesuai dg kemampuan yang ada, paling
tidak bagi pemula tidak perlu diberi teknis yg njlimet, yg penting
simpati dulu, setelah empaty baru bisa belajar teknik dll secara intens.
Karena hal2 teknis dikhawatirkan akan membelenggu mereka. Just for fun
saja!Setelah di-introduce ttg sketsa, saya kira perlu diajak skets
bersama. Pilih lokasi/obyek sekitar yg menarik, kemudian dilakukan
evaluasi singkat terhadah skets yg dihasilkan.Saya kira begitu mas,
semoga sharing ini bermanfaat....Selamat berjuang dan sukses selalu
Salam Sketsa!
juga dipublikasikan di fb page :
http://www.facebook.com/pages/Nunukan-Indonesia/Senoajisketsa/113796695342772
dan Grup:
http://www.facebook.com/group.php?gid=240007800116
Tidak ada komentar:
Posting Komentar